Kamis, 18 Maret 2010

Dampak ekologi

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menilai semburan lumpur panas dari areal eksplorasi PT Lapindo meninggalkan dampak ekologis yang dapat dibanding-bandingkan dengan tragedi Buyat di Sulawesi Utara.
Kasus PT Lapindo membuat ratusan warga di sekitar Desa Renokenongo dan Desa Siring, Kecamatan Porong, mengungsi. Beberapa di antaranya masuk rumah sakit akibat kepulan asap putih yang keluar dari pipa gas perusahaan milik Bakrie Group ini.
Menurut Ketua Kampanye Eksekutif Daerah Walhi Jatim, Chairul, asap putih yang keluar dari didihan gas dari pipa bawah tanah milik PT Lapindo mengandung hidrogen sulfida (zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan). Gas lain yang teridentifikasi adalah amoniak, nitrit, nitrat, dan fenol.
Investigasi Walhi Jawa Timur menemukan bahwa sehari setelah terjadi blow out pertama, ikan-ikan yang ada di saluran irigasi banyak yang terapung mati. Tanaman yang ada di sekitar lumpur mengering dan mati.
Sumber air (sumur dan sungai) di tiga desa (Siring, Renokenongo, dan Jatirejo) tak dapat lagi dikonsumsi karena telah tercemar. Warnanya berubah kekuning-kuningan (seperti mengandung minyak mentah).
Menurut Andang Bachtiar, masih belum jelas betul potensi bahaya material kimiawi dari area PT Lapindo. ''Banyak reaksi fisika dan kimia yang terjadi. Unsur yang dulunya tidak ada, seperti chrom, bisa menjadi ada (terdeteksi),'' paparnya.
Ia mencontohkan kasus luapan lumpur di Arun, Riau. Di situ tiba-tiba muncul unsur ikutan yaitu merkuri. Di dalam gas sendiri, merkuri tidak terdeteksi (under detection limit).
''Tetapi ketika ia diproduksi dengan kecepatan 100 juta kubik dengan pressure yang tinggi, didorong perubahan temperatur, ada perubahan fisika dan kimia,'' jelas Andang.
Selain itu, Walhi mengkritik rencana pembuangan lumpur ke sungai Kalimati. Jika ini dilakukan, menurut Direktur Eksekutif Walhi, Chalid Muhamad, maka lumpur akan menutupi sungai. ''Sidoarjo bisa tenggelam,'' kata dia.
Usulan lain pun tak kalah mencemaskan. Lumpur akan dibuang ke Kali Porong, anak sungai Kali Brantas. Menurut Walhi, Kali Porong adalah penyuplai air sawah bagi Kecamatan Porong dan Jabon. Di musim kemarau, debit airnya nol.
Jika ini dilakukan, air dari Dam Lengkong terpaksa digelontorkan, meski dam ini adalah pemasok utama sawah, tambak, industri dan Jasa Tirta di Mojokerto dan Sidoarjo. ''Banyak yang akan dirugikan,'' kata dia. Jika lumpur menutupi sungai, maka kapasitas sungai akan mengecil dan pada saat musim hujan Sidoarjo akan terendam.
Fakta Angka
40.000 Meter Kubik
Jumlah lumpur yang keluar setiap hari di Porong, Sidoarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar