Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Dari bahasa inggris "teenager" yakni manusia usia 13-19 tahun.
Minggu, 03 Januari 2010
masjid kubah emas di dunia
Masjid umumnya hanya di kenal sebagai tempat beribadah umat muslim. Namun sebenarnya dahulu Rasulullah dan generasi setelahnya menjadikan masjid sebagai pusat segala kegiatan mulai ...
Booming Mall dan Krisis Ekologi di Jakarta
Hasrat berbelanja kelas menengah-atas kota Jakarta sangat tinggi bahkan bisa dikatakan sudah dalam taraf kecanduan. Lihat saja, hampir setiap hari terutama pada hari libur pusat perbelanjaan (mall) selalu dipadati pengunjung. Tidak saja di mall, tingginya hasrat belanja warga Jakarta juga dapat dilihat dalam ajang Jakarta Fair di Kemayoran. Sejak dibuka tanggal 12 Juni hingga tanggal 29 Juni 2008 saja pengunjung Jakarta Fair telah mencapai 1.819.167 orang (sumber: ).
Tingginya hasrat berbelanja warga kota itu rupanya tidak disia-siakan oleh para pemilik modal dibidang property. Sementara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Perpaduan dua cara pandang Pemprov DKI Jakarta dan para pemilik modal itulah yang menyebabkan kota ini mengalami booming mall.
Hingga tahun 2006 jumlah mall di Jakarta mencapai 60-an, sementara tahun 2008 ini diperkirakan jumlah mall di Jakarta akan menembus angka 80 hingga 90-an mall. Bahkan hasil riset terbaru Procon menyebutkan hingga tahun 2010 telah direncanakan akan ada sekitar 13 proyek pusat perbelanjaan baru lagi (Procon Indah, 28 April 2008).
Menurut riset tersebut, 40 persen penambahan pusat perbelanjaan akan berada di Jakarta Utara, 20 persen akan berada di Jakarta Selatan dan 18 persen di Central Business District (CBD) Jakarta. Sementara sisanya akan tersebar di berbagai daerah di Jakarta lainnya. Luas pusat perbelanjaan di Jakarta pun diperkirakan akan mencapai 3,33 juta m2.
Jika dilihat dari sisi ekonomi semata, booming mall di Jakarta adalah sesuatu menguntungkan. Namun, bila kita melihat dari sisi yang lebih luas dengan memasukan biaya sosial dan ekologi, maka mulai terlihatlah benang kusut yang diakibatkan oleh fenomena booming mall di Jakarta itu.
Dampak nyata dari meningkatnya jumlah dan luasan pusat perbelanjaan di Jakarta adalah makin hilangnya daerah resapan air di kota ini. Pengalihfungsian kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan daerah resapan air lainnya menjadi pusat perbelanjaan adalah fakta yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah gelap pembangunan mall di Jakarta.
Hutan kota di kawasan Senayan, misalnya. Rencana Induk Jakarta 1965-1985 memperuntukkan kawasan seluas 279 hektare ini sebagai ruang terbuka hijau. Di atasnya hanya boleh berdiri bangunan publik dengan luas maksimal sekitar 16 persen dari luas total. Namun, di kawasan itu kini telah muncul Senayan City (pusat belanja yang dibuka pada 23 Juni 2006), Plaza Senayan (pusat belanja dan perkantoran, dibuka 1996), Senayan Trade Center, Ratu Plaza (apartemen 54 unit dan pusat belanja, dibangun pada 1974), dan bangunan megah lainnya.
Padahal data dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan bahwa menyusutnya daerah resapan air, baik berupa situ maupun ruang terbuka hijau, oleh aktivitas pembangunan telah menyebabkan dari 2.000 juta per meter kubik air hujan yang turun di Jakarta tiap tahun, hanya 26,6 persen yang terserap dalam tanah. Sementara itu, sisanya, 73,4 persen, menjadi air larian (run off) yang berpotensi menimbulkan banjir di perkotaan (BPLHD DKI Jakarta, 2007).
Bukan hanya itu, pengambilan air tanah secara besar-besaran ditambah beban bangunan di atas kota Jakarta telah menyebabkan penurunan permukaan tanah di kota ini beberapa sentimeter dalam setiap tahunnya. Artinya, potensi banjir di Jakarta akan semakin besar seiring denganbertambahnya pusat perbelanjaan baru di kota ini.
Sementara biaya sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh banjir di kota ini tidaklah kecil. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) misalnya, memperkirakan kerugian akibat bencana banjir, yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) pada tahun 2007 lalu, mencapai Rp 8 triliun. Dari jumlah itu, Bappenas merinci, kerugian dari rumah penduduk yang rusak sebesar Rp 1,7 triliun, dan infrastruktur Rp 600 miliar. Sementara, kerugian dari sektor industri, perbankan serta usaha kecil menengah diperkirakan mencapai Rp 2 triliun.
Selain itu, penambahan kawasan komersial baru juga akan menambah kemacetan lalu lintas di Jakarta. Hal itu dikarenakan pengunjung dari pusat perbelanjaan itu sebagian besar adalah konsumen berkendaraan pribadi. Meningkatnya kemacetan lalu lintas ini bukan hanya akan mengurangi waktu produktif warga kota melainkan juga meningkatkan biaya kesehatan akibat polusi udara yang ditimbulkannya.
Terkait dengan kemancetan lalu lintas di Jakarta, sebuah studi menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas di Jakarta telah menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 5,5 triliun (SITRAMP, 2004). Bahkan dengan metode yang berbeda, hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2003 menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas di DKI telah menyebabkan kerugian akibat kehilangan waktu produktif yang jika dinominalkan akan mencapai Rp 7,1 triliun.
Sementara polusi udara yang diakibatkan oleh meningkatnya kemacetan lalu lintas juga telah menimbulkan peningkatan biaya kesehatan yang sangat tinggi. Hasil kajian Bank Dunia menemukan dampak ekonomi akibat polusi udara di Jakarta sebesar Rp 1,8 triliun.
Dapat dibayangkan betapa berat beban ekologi dan sosial yang harus dipikul oleh kota Jakarta kedepannya bila prilaku konsumtif warga kelas menengah-atas di kota ini tidak dikendalikan bahkan difasilitasi dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan baru. Untuk itu, tidak bisa tidak Pemprov DKI Jakarta harus segera mengeluarkan kebijakan yang lebih berani untuk tidak memberikan ijin bagi pembangunan pusat perbelanjaan baru seraya merevitalisasi tata ruang kota yang lebih ramah lingkungan dan sosial bagi keberlajutan kota Jakarta yang nyaman dan lestari untuk semua.
Tingginya hasrat berbelanja warga kota itu rupanya tidak disia-siakan oleh para pemilik modal dibidang property. Sementara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Perpaduan dua cara pandang Pemprov DKI Jakarta dan para pemilik modal itulah yang menyebabkan kota ini mengalami booming mall.
Hingga tahun 2006 jumlah mall di Jakarta mencapai 60-an, sementara tahun 2008 ini diperkirakan jumlah mall di Jakarta akan menembus angka 80 hingga 90-an mall. Bahkan hasil riset terbaru Procon menyebutkan hingga tahun 2010 telah direncanakan akan ada sekitar 13 proyek pusat perbelanjaan baru lagi (Procon Indah, 28 April 2008).
Menurut riset tersebut, 40 persen penambahan pusat perbelanjaan akan berada di Jakarta Utara, 20 persen akan berada di Jakarta Selatan dan 18 persen di Central Business District (CBD) Jakarta. Sementara sisanya akan tersebar di berbagai daerah di Jakarta lainnya. Luas pusat perbelanjaan di Jakarta pun diperkirakan akan mencapai 3,33 juta m2.
Jika dilihat dari sisi ekonomi semata, booming mall di Jakarta adalah sesuatu menguntungkan. Namun, bila kita melihat dari sisi yang lebih luas dengan memasukan biaya sosial dan ekologi, maka mulai terlihatlah benang kusut yang diakibatkan oleh fenomena booming mall di Jakarta itu.
Dampak nyata dari meningkatnya jumlah dan luasan pusat perbelanjaan di Jakarta adalah makin hilangnya daerah resapan air di kota ini. Pengalihfungsian kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan daerah resapan air lainnya menjadi pusat perbelanjaan adalah fakta yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah gelap pembangunan mall di Jakarta.
Hutan kota di kawasan Senayan, misalnya. Rencana Induk Jakarta 1965-1985 memperuntukkan kawasan seluas 279 hektare ini sebagai ruang terbuka hijau. Di atasnya hanya boleh berdiri bangunan publik dengan luas maksimal sekitar 16 persen dari luas total. Namun, di kawasan itu kini telah muncul Senayan City (pusat belanja yang dibuka pada 23 Juni 2006), Plaza Senayan (pusat belanja dan perkantoran, dibuka 1996), Senayan Trade Center, Ratu Plaza (apartemen 54 unit dan pusat belanja, dibangun pada 1974), dan bangunan megah lainnya.
Padahal data dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan bahwa menyusutnya daerah resapan air, baik berupa situ maupun ruang terbuka hijau, oleh aktivitas pembangunan telah menyebabkan dari 2.000 juta per meter kubik air hujan yang turun di Jakarta tiap tahun, hanya 26,6 persen yang terserap dalam tanah. Sementara itu, sisanya, 73,4 persen, menjadi air larian (run off) yang berpotensi menimbulkan banjir di perkotaan (BPLHD DKI Jakarta, 2007).
Bukan hanya itu, pengambilan air tanah secara besar-besaran ditambah beban bangunan di atas kota Jakarta telah menyebabkan penurunan permukaan tanah di kota ini beberapa sentimeter dalam setiap tahunnya. Artinya, potensi banjir di Jakarta akan semakin besar seiring denganbertambahnya pusat perbelanjaan baru di kota ini.
Sementara biaya sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh banjir di kota ini tidaklah kecil. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) misalnya, memperkirakan kerugian akibat bencana banjir, yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) pada tahun 2007 lalu, mencapai Rp 8 triliun. Dari jumlah itu, Bappenas merinci, kerugian dari rumah penduduk yang rusak sebesar Rp 1,7 triliun, dan infrastruktur Rp 600 miliar. Sementara, kerugian dari sektor industri, perbankan serta usaha kecil menengah diperkirakan mencapai Rp 2 triliun.
Selain itu, penambahan kawasan komersial baru juga akan menambah kemacetan lalu lintas di Jakarta. Hal itu dikarenakan pengunjung dari pusat perbelanjaan itu sebagian besar adalah konsumen berkendaraan pribadi. Meningkatnya kemacetan lalu lintas ini bukan hanya akan mengurangi waktu produktif warga kota melainkan juga meningkatkan biaya kesehatan akibat polusi udara yang ditimbulkannya.
Terkait dengan kemancetan lalu lintas di Jakarta, sebuah studi menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas di Jakarta telah menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 5,5 triliun (SITRAMP, 2004). Bahkan dengan metode yang berbeda, hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2003 menyebutkan bahwa kemacetan lalu lintas di DKI telah menyebabkan kerugian akibat kehilangan waktu produktif yang jika dinominalkan akan mencapai Rp 7,1 triliun.
Sementara polusi udara yang diakibatkan oleh meningkatnya kemacetan lalu lintas juga telah menimbulkan peningkatan biaya kesehatan yang sangat tinggi. Hasil kajian Bank Dunia menemukan dampak ekonomi akibat polusi udara di Jakarta sebesar Rp 1,8 triliun.
Dapat dibayangkan betapa berat beban ekologi dan sosial yang harus dipikul oleh kota Jakarta kedepannya bila prilaku konsumtif warga kelas menengah-atas di kota ini tidak dikendalikan bahkan difasilitasi dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan baru. Untuk itu, tidak bisa tidak Pemprov DKI Jakarta harus segera mengeluarkan kebijakan yang lebih berani untuk tidak memberikan ijin bagi pembangunan pusat perbelanjaan baru seraya merevitalisasi tata ruang kota yang lebih ramah lingkungan dan sosial bagi keberlajutan kota Jakarta yang nyaman dan lestari untuk semua.
Perkembangan Internet
Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (Information and Communication Technology/ICT) merupakan tulang punggung aplikasi Web 2.0. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang fenomenal dan menjadi awal munculnya aplikasi web adalah Internet. Internet yang berawal dari riset untuk pertahanan dan keamanan serta pendidikan berkembang menjadi perangkat pendukung bisnis yang sangat berpengaruh. Dalam kaitan dengan aplikasi Web 2.0 ini, terdapat beberapa peristiwa penting dalam sejarah internet.
PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA
Saya pernah baca sebuah Blogs milik seorang warga Malaysia. Ia Menceritakan bagaimana Sheila on 7 Samson, Raja, Peterpen, Krisdayanti dan masih banyak lagi penyanyi dan grup Band ( Malaysia menyebutnya Kumpulan) asal Indonesia yang berjaya disana dan di puja-puja masyarakat sana. Sempat juga saya chat dengan seorang remaja Malaysia ( dia mengaku salah satu finalis di ajang AF, di Indonesia kita kenal; sebagai AFI). Dia mempertanyakan mengapa penyanyi dan lagu dari Indonesia begitu mudahnya di terima masyarakat sana sementara penyanyi Malaysia sangat kesulitan untuk bisa menembus pasar musik Indonesia., presentasinya bahkan sampai 60 :40%! Ini berarti penyanyi Indonesia mengalahkan popularitas penyanyi Malaysia di negerinya sendiri. Sheila on 7 di pertengahan tahun 90-an telah mencetak rekor tersendiri dengan menjual 200.000 lebih keping album di Malaysia. Sebuah angka fantastik untuk ukuran sana, konon Siti Nurhalisa-pun belum mampu mencapai rekor ini.
Perkembangan musik Indonesia memang sangat dinamis terutama di akhir tahun 90-an. Kesuksesan Sheila on7 sebagai group band yang berasal dari indilabel membuka mata para produser, bahwa para penyanyi Indie ini gak bisa di anggap sebelah mata. sebelum itu para produser musik selalu mencari posisi aman dengan hanya bermain-main di wilayah musik pop dengan penyanyi yang itu-itu juga (ini seperti nasib perfilman kita saat ini, yang selalu mencari wilayah aman dengan rame2 meniru tema film yang sudah laris duluan, secara gak sadar mereka sebenarnya sedang menggali kuburan buat mereka sendiri!)
Kembali ke Musik.Perkembangan musik indonesia terbagi dalam beherapa periode.era sebelum 70-an. era 70-an,era 80-an, era,90-an dan era-2000.
Perkembangan musik Indonesia memang sangat dinamis terutama di akhir tahun 90-an. Kesuksesan Sheila on7 sebagai group band yang berasal dari indilabel membuka mata para produser, bahwa para penyanyi Indie ini gak bisa di anggap sebelah mata. sebelum itu para produser musik selalu mencari posisi aman dengan hanya bermain-main di wilayah musik pop dengan penyanyi yang itu-itu juga (ini seperti nasib perfilman kita saat ini, yang selalu mencari wilayah aman dengan rame2 meniru tema film yang sudah laris duluan, secara gak sadar mereka sebenarnya sedang menggali kuburan buat mereka sendiri!)
Kembali ke Musik.Perkembangan musik indonesia terbagi dalam beherapa periode.era sebelum 70-an. era 70-an,era 80-an, era,90-an dan era-2000.
Krisis Keuangan Dunia Cermin Kegagalan Perbankan Konvensional
Krisis dunia memang merupakan momentum bagi Indonesia menerapkan sistem perbankkan syariah. Lalu apa susahnya bagi kita yang mayoritas muslim?
Kita masih banyak yang salah paham dan pemahamannya belum merata tentang perbankan syariah. Ini sebenarnya bukan sekadar misi profesionalitas bankir tetapi juga misi nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Otoritas monetar jangan lagi melihat perbankkan syariah dari sisi emosional. Tapi harus dari rasionalnya.
Prancis di bawah Nicholas Sarkozy sudah serius menerapkan sistem perbankan syariah. Inggris adalah negara non-Muslim pertama yang menerapkan prinsip syariah, sementara Indonesia yang merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia justru belum menerapkan prinsip syariah secara penuh. Di Inggris, kegiatan operasional bank-bank konvensional dengan perbankan syariah berjalan bersama-sama. Bahkan banyak bank-bank konvensional di Inggris yang membuka unit syariah. Negara itu menerapkan aturan industri syariah dengan cara mengadopsinya dari negara-negara Timur Tengah, kemudian dimodifikasi dan diintegrasikan dengan aturan serta undang-undang yang sudah ada di Inggris.
Kegiatan operasional industri perbankan syariah di Inggris diawasi oleh sebuah badan independen, yaitu Financial Services Authority (FSA). Prinsip utama transaksi keuangan syariah adalah menggunakan sistem bagi hasil dan tidak berdasarkan perhitungan bunga.
Di Indonesia, industri perbankan syariah masih belum berkembang seperti halnya di Inggris karena belum ada instrumen (hukum) yang mengaturnya. Hal itu terjadi antara lain karena berbagai pihak masih terjebak pada perdebatan dangkal soal riba dan prinsip syariah yang masih dianggap sebagai bagian dari dominasi ajaran agama Islam.
Padahal, semua agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) menuntut orang yang beriman dalam urusan muamalahnya untuk tidak menggunakan praktik riba.
Saat ini perbankkan syariah hanya 2 persen saja pangsa pasarnya di Indonesia, kalau perbankan syariah diberi otoritas lebih besar berapa pangsa pasar yang dapat dicapai?
Dalam lima tahun, share pasar kita bisa 30 persen. Ini tidak terlalu gila, realistis. Di AS ada lembaga swasta yang diberi otoritas kewenangan oleh UU yang mengatur system keuangan berdasar syariah. Dalam tempo singkat pangsa pasar syariah di sana meningkat drastis.
Saat ini perbankkan syariah di Indonesia baru ada 10 bank ditambah
59 bank perkreditan rakyat (BPR) syariah.
Sedangkan jumlah bank umum atau konvensional mencapai 145 buah. Ini menunjukkan betapa potensi bank syariah untuk berkembang masih sangat besar. Di Malaysia pangsa perbankan syariahnya telah mencapai lebih dari 10 persen pangsa perbankan konvensional.
Saya bukannya memusuhi bank konvensional tetapi mengajak bank konvensional mari mulai menerapkan unit usaha syariah.
Tahun 2009 ini diprediksi suku bunga akan naik, bagaimana dengan perbankkan syariah?
Kita harus jujur, perbankan syariah juga terkena imbas kenaikan suku bunga ini. Masalahnya kita mampu menghilangkan riba antara nasabah dan bank. Tapi antara bank dengan pemerintah belum, kita masih pakai riba. Itu yang mempengaruhi perbankkan syariah terkait kenaikan suku bunga. Kita akan mengurangi bagi hasil, ini mengakibatkan pendapatan perbankan syariah turun. Namun ini masih dalam koridar aman.
Misalnya saat krisis tahun 1998 Bank Muamalat mengalami rugi operasional hingga Rp 105 miliar, tetapi karena menerapkan sistem perbankan tanpa bunga sehingga bisa terhindar dari infeksi virus negative spread. Kami juga terhindar dari kerugian oleh spekulasi di pasar uang karena tidak ada transaksi derivatif.
Namun kerugian tersebut kemudian bisa ditekan dan bahkan menghasilkan laba operasional berturut-turut dari tahun 2000 hingga 2002 sebesar Rp 10,85 miliar, Rp 50,32 miliar, dan Rp 32,15 miliar. (Faw/X-4)
Kita masih banyak yang salah paham dan pemahamannya belum merata tentang perbankan syariah. Ini sebenarnya bukan sekadar misi profesionalitas bankir tetapi juga misi nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Otoritas monetar jangan lagi melihat perbankkan syariah dari sisi emosional. Tapi harus dari rasionalnya.
Prancis di bawah Nicholas Sarkozy sudah serius menerapkan sistem perbankan syariah. Inggris adalah negara non-Muslim pertama yang menerapkan prinsip syariah, sementara Indonesia yang merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia justru belum menerapkan prinsip syariah secara penuh. Di Inggris, kegiatan operasional bank-bank konvensional dengan perbankan syariah berjalan bersama-sama. Bahkan banyak bank-bank konvensional di Inggris yang membuka unit syariah. Negara itu menerapkan aturan industri syariah dengan cara mengadopsinya dari negara-negara Timur Tengah, kemudian dimodifikasi dan diintegrasikan dengan aturan serta undang-undang yang sudah ada di Inggris.
Kegiatan operasional industri perbankan syariah di Inggris diawasi oleh sebuah badan independen, yaitu Financial Services Authority (FSA). Prinsip utama transaksi keuangan syariah adalah menggunakan sistem bagi hasil dan tidak berdasarkan perhitungan bunga.
Di Indonesia, industri perbankan syariah masih belum berkembang seperti halnya di Inggris karena belum ada instrumen (hukum) yang mengaturnya. Hal itu terjadi antara lain karena berbagai pihak masih terjebak pada perdebatan dangkal soal riba dan prinsip syariah yang masih dianggap sebagai bagian dari dominasi ajaran agama Islam.
Padahal, semua agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam) menuntut orang yang beriman dalam urusan muamalahnya untuk tidak menggunakan praktik riba.
Saat ini perbankkan syariah hanya 2 persen saja pangsa pasarnya di Indonesia, kalau perbankan syariah diberi otoritas lebih besar berapa pangsa pasar yang dapat dicapai?
Dalam lima tahun, share pasar kita bisa 30 persen. Ini tidak terlalu gila, realistis. Di AS ada lembaga swasta yang diberi otoritas kewenangan oleh UU yang mengatur system keuangan berdasar syariah. Dalam tempo singkat pangsa pasar syariah di sana meningkat drastis.
Saat ini perbankkan syariah di Indonesia baru ada 10 bank ditambah
59 bank perkreditan rakyat (BPR) syariah.
Sedangkan jumlah bank umum atau konvensional mencapai 145 buah. Ini menunjukkan betapa potensi bank syariah untuk berkembang masih sangat besar. Di Malaysia pangsa perbankan syariahnya telah mencapai lebih dari 10 persen pangsa perbankan konvensional.
Saya bukannya memusuhi bank konvensional tetapi mengajak bank konvensional mari mulai menerapkan unit usaha syariah.
Tahun 2009 ini diprediksi suku bunga akan naik, bagaimana dengan perbankkan syariah?
Kita harus jujur, perbankan syariah juga terkena imbas kenaikan suku bunga ini. Masalahnya kita mampu menghilangkan riba antara nasabah dan bank. Tapi antara bank dengan pemerintah belum, kita masih pakai riba. Itu yang mempengaruhi perbankkan syariah terkait kenaikan suku bunga. Kita akan mengurangi bagi hasil, ini mengakibatkan pendapatan perbankan syariah turun. Namun ini masih dalam koridar aman.
Misalnya saat krisis tahun 1998 Bank Muamalat mengalami rugi operasional hingga Rp 105 miliar, tetapi karena menerapkan sistem perbankan tanpa bunga sehingga bisa terhindar dari infeksi virus negative spread. Kami juga terhindar dari kerugian oleh spekulasi di pasar uang karena tidak ada transaksi derivatif.
Namun kerugian tersebut kemudian bisa ditekan dan bahkan menghasilkan laba operasional berturut-turut dari tahun 2000 hingga 2002 sebesar Rp 10,85 miliar, Rp 50,32 miliar, dan Rp 32,15 miliar. (Faw/X-4)
Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen.
Tujuan Umum
Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
Proses Manajemen
Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
Tujuan Umum
Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
Proses Manajemen
Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
Peran Akuntan Dalam Sistem Informasi Akuntansi.
Dimanakah seorang akuntan dapat bekerja? Akuntan sebagai salah satu profesi dapat bekerja di suatu perusahaan swasta maupun di pemerintahan atau mendirikan suatu perusahaan. Jika akuntan mendirikan perusahaan, akuntan tersebut disebut akuntan publik (public accountant) yang pekerjaannya adalah mengaudit laporan keuangan perusahaan sebagai pihak yang independen dan hasilnya berupa pendapat atas laporan keuangan tersebut. Jika bekerja di dalam perusahaan swasta/pemerintahan, akuntan tersebut disebut akuntan pribadi (private accountant).
Pekerjaan/tugas/fungsi yang dapat dilakukan oleh seorang akuntan di dalam suatu perusahaan adalah sebagai:
Controller
Treasurer (bendaharawan)
Tax specialist (spesialis pajak)
Financial Analyst (analis keuangan)
Cost accountant (akuntan biaya)
General accountant (akuntan umum)
Information systems (sistem informasi)
Budgeting specialist (spesialis anggaran)
Internal auditor (pemeriksa internal)
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah subsistem dari sistem informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi keuangan dari kejadian bisnis (Gelinas et. al., 2004, p.15). Informasi ini dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan.
Apakah peran yang dimainkan seorang akuntan dalam SIA? Tiga peran akuntan dalam SIA adalah sebagai user, designer, dan auditor. Sebagai user atau pemakai sistem, akuntan harus bisa memastikan bahwa sistem baru berisi ciri-ciri (features) yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan/tugas/fungsinya dalam organisasi. Dengan kata lain, para akuntan harus memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan mereka kepada para profesional/spesialis sistem yang merancang sistem mereka. Karena itu, akuntan sebagai pemakai sistem harus mengetahui bagaimana sistem dikembangkan, teknik-teknik yang digunakan dalam pengembangan sistem, dan teknologi yang akan digunakan dalam sistem yang baru.
Salah satu faktor keberhasilan/kesuksesan dalam perancangan suatu sistem informasi adalah dengan melibatkan pemakai sistem tersebut. Akuntan sebagai pemakai sistem informasi akuntansi harus dilibatkan dalam perancangan sistem karena akuntan mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi, prinsip-prinsip pengauditan, teknik-teknik sistem informasi, dan metode pengembangan sistem. Perancangan sistem merupakan upaya kolaborasi antara akuntan dengan profesional/spesialis sistem. Akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptualnya sedangkan profesional/spesialis sistem bertanggung jawab untuk sistem fisiknya. Sebagai contoh: manajer departemen kredit akan membutuhkan informasi mengenai kredit para pelanggan untuk mendukung keputusan yang akan dibuatnya. Akuntan menentukan hakikat informasi yang diperlukan, sumber-sumbernya, tujuannya, dan peraturan akuntansi yang perlu diterapkan. Profesional/spesialis sistem menentukan teknologi yang paling ekonomis dan efektif untuk mendapatkan, memproses dan menghasilkan informasi tersebut.
Informasi dari laporan yang dihasilkan SIA harus sesuai dengan kualitas suatu informasi. Salah satunya adalah keandalan data SIA yang akan menghasilkan laporan keuangan tersebut. Baik auditor internal maupun auditor eksternal/public accountant melakukan pengauditan SIA untuk menyediakan kepastian (assurance) mengenai informasi yang terkandung pada laporan keuangan tersebut. Akuntan sebagai auditor perlu mengetes sistem kontrolnya, menilai efisensi dan efektifitas sistem, dan berpartisipasi dalam proses pengembangan sistem. Agar lebih efektif melakukan pekerjaannya, auditor harus memiliki pengetahuan teknik pengembangan sistem, pengendalian, teknologi yang digunakan, dan perancangan dan pengoperasian SIA.
Pekerjaan/tugas/fungsi yang dapat dilakukan oleh seorang akuntan di dalam suatu perusahaan adalah sebagai:
Controller
Treasurer (bendaharawan)
Tax specialist (spesialis pajak)
Financial Analyst (analis keuangan)
Cost accountant (akuntan biaya)
General accountant (akuntan umum)
Information systems (sistem informasi)
Budgeting specialist (spesialis anggaran)
Internal auditor (pemeriksa internal)
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah subsistem dari sistem informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi keuangan dari kejadian bisnis (Gelinas et. al., 2004, p.15). Informasi ini dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan.
Apakah peran yang dimainkan seorang akuntan dalam SIA? Tiga peran akuntan dalam SIA adalah sebagai user, designer, dan auditor. Sebagai user atau pemakai sistem, akuntan harus bisa memastikan bahwa sistem baru berisi ciri-ciri (features) yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan/tugas/fungsinya dalam organisasi. Dengan kata lain, para akuntan harus memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan mereka kepada para profesional/spesialis sistem yang merancang sistem mereka. Karena itu, akuntan sebagai pemakai sistem harus mengetahui bagaimana sistem dikembangkan, teknik-teknik yang digunakan dalam pengembangan sistem, dan teknologi yang akan digunakan dalam sistem yang baru.
Salah satu faktor keberhasilan/kesuksesan dalam perancangan suatu sistem informasi adalah dengan melibatkan pemakai sistem tersebut. Akuntan sebagai pemakai sistem informasi akuntansi harus dilibatkan dalam perancangan sistem karena akuntan mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi, prinsip-prinsip pengauditan, teknik-teknik sistem informasi, dan metode pengembangan sistem. Perancangan sistem merupakan upaya kolaborasi antara akuntan dengan profesional/spesialis sistem. Akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptualnya sedangkan profesional/spesialis sistem bertanggung jawab untuk sistem fisiknya. Sebagai contoh: manajer departemen kredit akan membutuhkan informasi mengenai kredit para pelanggan untuk mendukung keputusan yang akan dibuatnya. Akuntan menentukan hakikat informasi yang diperlukan, sumber-sumbernya, tujuannya, dan peraturan akuntansi yang perlu diterapkan. Profesional/spesialis sistem menentukan teknologi yang paling ekonomis dan efektif untuk mendapatkan, memproses dan menghasilkan informasi tersebut.
Informasi dari laporan yang dihasilkan SIA harus sesuai dengan kualitas suatu informasi. Salah satunya adalah keandalan data SIA yang akan menghasilkan laporan keuangan tersebut. Baik auditor internal maupun auditor eksternal/public accountant melakukan pengauditan SIA untuk menyediakan kepastian (assurance) mengenai informasi yang terkandung pada laporan keuangan tersebut. Akuntan sebagai auditor perlu mengetes sistem kontrolnya, menilai efisensi dan efektifitas sistem, dan berpartisipasi dalam proses pengembangan sistem. Agar lebih efektif melakukan pekerjaannya, auditor harus memiliki pengetahuan teknik pengembangan sistem, pengendalian, teknologi yang digunakan, dan perancangan dan pengoperasian SIA.
Langganan:
Postingan (Atom)